Seperti air mengalir, cinta pun mengalir menuju muaranya: keikhlasan.
Kita tak mampu memilih cinta mana yang hadir dalam cerita perjalanan kita. Kita yang Dia kirim, kita pun tak bisa memilah hanya cinta dan tawa—tanpa masa lalu, tanpa air mata, dan tanpa luka.
Katanya, cinta tidak pernah mengajarkan kita untuk menjadi lemah. Tak peduli siapa yang lebih mencintai, jika cinta itu mampu menguatkan dan mendorong kita untuk ikhlas menghadapi apa pun, itulah cinta yang harus kita pilih.
Namun, bagaimana jika memang lebih baik kau bersama orang yang mencintaimu ketimbang orang yang kau cintai? Bagaimana jika tetap berdiri di titik semula adalah hal terbaik untuk yang disebut hari depan?
Biarkanlah, biarkan hati yang memilih—hatimu, hatiku.
NB: Resensi buku “Hati Memilih” by Riawani Elyta
kayanya menarik nih sist bukunya...
BalasHapusyoyoy masbro..jd pngen beli bukunya :D
BalasHapusbeli we atuh :D
BalasHapustapi di AP da ga ya?sa blm pernh lihat..
wah bnr ada nya?knp ga bilang ath teh? mungkn beli klo isinya menarik :D
BalasHapusdigramed juga ada ko a hehe
BalasHapusya ya tar ku lihat digramed tunggu ja rizki dari-Nya..hehe
BalasHapus