Senin, 19 Juli 2010

The Ending

cerita ini mewakili kisahku pada suatu masa dimana ketika aku harus melepaskan seseorang yang begitu berarti dalam hidupku..

aku menatap keadaan ini dengan cemas..
keadaan ini tampak kelam dan gelap, keadaan ini berbeda dari biasanya..
tampak awan hitam bergulung mendekat dari kejauhan, diiringi guntur yang menggemuruh dan kilat yang seolah mengancam..
perasaan takut yang luar biasa menyelimuti hatiku..
aku berpaling, mencari kekasihku, berharap mendapatkan ketenangan darinya..
namun yang kudapat rasanya berbeda..dia seperti bukan kekasihku yang kukenal..
hatiku bagai teriris melihatnya, tetapi aku tetap mencoba tersenyum..

"sepertinya akan ada badai.." fikirku

aku menyembunyikan air mataku yang telah menggenang dan mulai menetes..
kegundahan ini tak dapat hilang, kegelisahan ini semakin menjadi-jadi..

firasat burukkah ini?

aku tidak tahu, aku tidak mau tahu, aku tidak berani mencari tahu..

"maaf..aku harus pergi..," tiba-tiba terdengar suara kekasihku..

suara itu terdengar lebih menakutkan dari guntur manapun, lebih menyakitkan dari badai apapun..
aku berpaling menatap hatinya dengan perasaan terluka, tak berani mempercayai pendengarannya..

"ada apa? apa yang terjadi? aku tidak mengerti,"

Diriku terus melayang jatuh, terlepas dari hembusan cintanya yang selama ini
menyertaiku, hingga hatiku ditelan derasnya air mata..
Aku menjerit, menangis, meratap, berusaha mengejar cintanya..
tetapi apa daya air mata kekecewaan yang menelan hatiku terlalu deras..
akhirnya aku hanya bisa berlutut di tepi batas, menangis tersedu-sedu..
air mataku mengalir deras, bercampur dengan air hujan yang turun dengan deras..
badai itu kini telah datang, tetapi aku tidak dapat mengalahkan badai yang sedang melanda hatiku..

"tak ada gunanya kau menangis!" terdengar sebuah suara dingin berkata..

Aku mendongak, menatap permukaan air yang gelap dan gelap..

"siapa kau?" ia bertanya..

"aku adalah masa lalu," suara itu menjawab dengan dingin, "dan kau harus menyerahkannya padaku."

"tidak! aku takkan pernah melakukannya!" balasku..

"tapi kau sudah melakukannya, kau telah melepaskannya, berarti kau menyerahkannya padaku," masa lalu berkata..

Aku kembali menunduk dan menangis, lebih pilu dari sebelumnya..
rasa sesak di hatiku tak kunjung mereda, malah semakin menjadi-jadi..
masa lalu memperhatikanku dengan tatapan pilu..
aku memberanikan diriku untuk mendongak menatap masa lalu, dan memohon
dengan suara bergetar "kumohon, masa lalu, kembalikanlah ia kepadaku!
aku.. aku tak dapat hidup tanpanya!"

masa lalu tersenyum dan berkata "tidak, temanku.. meskipun kau telah menyerahkan
kekasihmu padaku, tetapi dua saudaraku akan selalu bersamamu.. kau
tidak boleh terus-menerus memohon padaku, karena aku dan siapapun
takkan mampu mengabulkannya."

"saudaramu? siapa mereka?" aku bertanya..

"mereka bernama masa kini dan masa depan," masa lalu menjawab dengan lembut. "mereka akan membantumu memulihkan lukamu."

Aku menatap masa lalu, membisu..
hatiku masih terasa pedih, air mataku belum mengering, tetapi perlahan-lahan sorot mataku kembali bercahaya..

"menurutmu apakah aku mampu menemui dan berteman dengan kedua saudaramu? apakah
aku mampu berjalan bersama mereka? apakah aku mampu menghadapi mereka
dengan kepala tegak?" aku bertanya dengan ragu..

Masa lalu tersenyum sabar dan menjawab, "kau harus mampu! tetapi
berhati-hatilah.. kau harus terus berusaha, karena kedua saudaraku
tidak terlalu bisa bersabar.. mereka takkan menunggumu, karenanya
kaulah yang harus mengejar mereka.. kau tak boleh terus-terusan
mengingatku."

Aku menatap masa lalu dengan sedih, "aku tak ingin melupakanmu, masa lalu."
Masa lalu kembali tersenyum, "kau tak perlu melupakanku.. kenanglah aku
dengan indah sesekali, jangan biarkan kenangan itu mati dan
menghilang.. aku akan selalu ada di sana, di hatimu, di dalam dirimu,
bersama kekasihmu.. karenanya kau tak perlu merasa kesepian,
temanku."

aku mengusap air matanya perlahan, sembari tersenyum..
"kau benar," ujarku, berusaha tegar. "selamat tinggal, masa lalu!"
Akupun lalu berpaling, kembali berhembus perlahan, menghampiri masa kini dan masa depan yang sedang tersenyum memandangku..
sesekali ku berpaling, menatap masa lalu yang tersenyum sambil melambaikan tangan padanya..

"aku akan baik-baik saja!" seruku, masih dengan suara yang bergetar tapi
terdengar lebih mantap. "kau dengar aku, masa lalu? aku akan baik-baik
saja!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar